Pelayan Di Kantorku
CERITA SEX GAY,,,,,
Pelayan Di Kantorku
Lani, masih bocah, anak dari desa di Bogor, umurnya kira-kira baru 16 tahun, 165 cm/50 kg, bekerja sebagai pelayan di kantorku. Aku tahu kalau kontolnya gede saat secara kebetulan kencing berbarengan di toilet kantor. Suatu siang, ketika aku sedang kencing, Lani datang dan langsung kencing di urinal sampingku. Mataku mengintip. Saat dia merogoh celananya dan mengeluarkan kontolnya, aku nyAris kelenger. Uhh.., kontolnya seperti belalai gajah. Tidak disunat. Jatuh melengkung ke mulut urinalnya.
Dalam keadaan tidak ngaceng itu, kontolnya nampak sebesar arem-arem (lontong Bogor isi daging & kentang) yang masih dibungkus daun pisang. Airnya kencingnya yang kuning keruh mancur dari ujung kulupnya. Pancuran itu nampak tebal, artinya lubang kencing kontol Lani pasti besar niihh. Jakunku naik turun, menelan air liurku sendiri. Darahku langsung naik, mataku nanar. Ampuunn, seperti apa gedenya lubang kencing itu, macam apa gedenya kontol itu kalau lagi ngaceng. Macam apa lagi kalau pancuran kuning keruh itu langsung mancur ke mulutku, uuhh.
Sebagai photographer dari sebuah biro iklan di Jakarta, aku sering memotret obyek-obyek di luar Jakarta. Ada beberapa job yang harus segera kuselesaikan. Aku akan memotret obyek pantai di Anyer. Mungkin akan makan waktu sekitar 2 hari.
Siang itu aku langsung ke ibu Erna, salah seorang manager kreatif kantorku dan sekaligus atasanku. Aku laporkan bahwa aku akan memotret ke Anyer. Bu Erna langsung menyetujuinya.
‘Kamu harus kerja cepat Don. Minggu ini semua materi harus sudah masuk. Termasuk photo-photo Anyer. Kapan kamu berangkat?’.
‘Mau saya sih sore ini, Bu. Dan saya minta ada yang membantu di lapangan, Bu. Kalau boleh, bagaimana kalau si Lani saya ajak’.
‘Bagus. Kalau begitu siap-siap saja. Kerjaan lainnya kau serahkan saja pada Gono. Biar dia belajar tanggung jawab. OK. Kamu urus deh kebutuhanmu. Hubungi Dio (kasir kantor), aku tunggu apa-apa yang mesti saya tanda tangani’.
Cerita Gay http://ceritakita.hexat.com
Uhh.., senangnyaa.. Kupanggil Lani, ‘Lan, kamu ikut aku ke Anyer. Ini perintah Bu Erna. Udah, tidak usah bawa apa-apa. Baju-baju nanti beli saja di sana. Paling-paling kamu khan hanya pakai celana kolor dan kaos oblong’, kelakarku.
Bukan main senangnya si Lani. Ini adalah tugas pertamanya ke luar kota. Sesudah aku berikan detail tugas-tugasnya, dia langsung mempersiapkan peralatan photography yang perlu di bawa.
‘Jangan lupa tripod sama payung lampu. Dan ambil itu kotak kamera di lemari belakang, masukan semuanya ke mobil’. Semangat Lani membuat dia sigap dan tak kenal lelah.
Dengan uang saku yang cukup banyak untuk bersenang-senang di Anyer nanti, pada pukul 5 sore itu aku sudah berada dibelakang kemudi Kijang kantorku, bersama Lani di sampingku. Di belakang tampak setumpuk peralatan memotret. Ada lampu, ada tiang, ada rol kabel dan lain-lainnya.
Tetapi sungguh mati, yang aku pikirkan sepanjang 3 jam perjalanan ke Anyer itu hanyalah kontol Lani yang gede itu. Aku ingat saat di toilet tadi siang, kontol yang segede belalai gajah itu. Uuuhh .. aku jadi ngaceng sepanjang Jakarta sampai Anyer.
Diselingi makan dan mengisi bensin di jalan, aku memasuki Hotel Mambruk Anyer sekitar jam 8.30 malam. Langsung check in. Aku memasuki kamar standar hotel itu, satu kamar bersama Lani. Sengaja aku minta single bed. Dan mau tidak mau si Lani mesti tidur seranjang denganku. Aku belagak pilon saja. Dan Lani yang belum pernah merasakan hotel, percaya saja sama aku.
‘Kamu mandi dulu. Aku mau cari-cari keperluan buat kamu tuh di toko depan’, aku akan carikan celana cossy pendek, celana dalam dan T-shirt untuk Laniku.. oohh.
Kutunggu dia selesai mandi. Kuteriaki dari luar, ‘Lan, pakai handuk saja, nih ganti baju dan celana yang bersih’.
Lani keluar pakai handuk. Saat kuserahkan pakaian barunya, dia akan balik berpakaian ke kamar mandi, tapi kucegah.
‘Di sini saja. Kaya cewek aja, pakai malu’.
Dan untuk kedua kalinya aku berkesempatan untuk mengintip. Tetapi saat memakai celana dalam dan celana pendeknya, dia langsung mengenakannya dari bawah handuknya. Baru sesudah itu handuknya jatuh ke lantai. Yang bisa kusaksikan hanyalah gundukan yang menggunung dari arah celana depannya. Untuk sementara aku puas.
Sesudah aku mandi, aku ajak Lani makan malam di restoran. Aku suruh dia mencoba makan steak. Dia belajar bagaimana makan dengan pisau dan garpu. Ohh.. dasar cah ndesoo..
Seusai makan, ‘Minum bir ya..’, tawarku.
‘Saya tidak minum bir Pak, khan ada araknya, haram..’, komentarnya pendek.
Spontanitas erotis yang dibarengi naluriku keluar dari otakku.., aku membisikinya ,’Lan, yang tidak boleh minum bir itu mereka yang kontolnya disunat..’, seketika Lani mundur dari bisikanku, dia menatapku ..
‘Kamu khan tidak sunat.. ya khan??’.
‘Koq Bapak tahu?!’, dengan tampang heran.
‘Tahuu doongg..’,
‘dari mana?’, dia penasaran..
‘Tadi pagi khan kamu kencing di samping saya di kantor. Aku lihat kontolmu yang gede itu. tidak disunat khan?’, dia tersipu, malu barangkali..
‘tidak pa-pa,.. makanya minum saja. Nihh..’.
Diambilnya gelas bir yang kusodorkan. Dia minum sedikit, terus nyengir, ‘Pahit koq..?!’
‘Pelan-pelan, jangan langsung ditetidak habis. Taruh dulu sambil lihat-lihat tuh.. cewek.. cantik khan.. aku ingin lihat kalau kontolmu ngaceng segede apaan..??’, aku berucap sambil tersenyum, melirik reaksinya.
Dia tertawa, ‘Bisa saja Pak Dondi ..’.
Kira-kira jam 10.30 kami kembali ke kamar. Aku lihat dia agak sempoyongan. Kurangkul pinggulnya.
‘Lan, aku penasaran.. gimana sih kontolmu bisa gede..?’,
‘tidak tahu pak, khan udah dari sononya kali ..’, jawabnya tidak begitu malu lagi ..
‘Boleh lihat tidak Lan, boleh lihat tidak Lan.., tidak pa-pa yaa??!’.
Dia tidak menyahut, sempoyongan. Aku buka pintu. Lani langsung merebahkan badannya telenyang di ranjang. Dia menutup matanya. Bagian celananya yang menggunung tak bisa kulepaskan dari pandanganku. Aku menelan ludahku.
Adakah sengaja dia membiarkan aku memandangi gundukan itu? Pernahkah, mungkin pernah ada seseorang yang.., entah siapa orangnya. Mungkin di desanya sana.. yang juga menggoda seperti aku sekarang ini?? Aku tidak ngerti. Aku duduk saja di kursi persis di depan dia telentang di ranjang. Tanpa kelihatan olehnya aku mengelusi kontolku yang ngaceng dari luar celanaku.
Karena semakin kegatalan terserang birahi, kuraih koran dari meja disampingku untuk menutupinya. Tanganku masuk merogoh kontol dalam celanaku. Aku mengelus-elus, memijit-mijitnya. Aku sangat horny. Sambil terus memandang dengan ekor mataku, aku membayangkan tanganku membuka kancing celana pendeknya, menarik resluitingnya, mengeluarkan kontolnya yang masih lemes kali, mengendus aromanya dan menciumi, menjilati dan mengulumnya.
Elusan dan pijitan pada kontolku semakin intensif. Kontolku semakin menegang. Aku merasa perlu mengendorkan celanaku, kubuka kancing dan resulitingku. Kurogoh kontolku dan kukeluarkan dari pinggir celana dalamku. Kuteruskuan pijitan dan elusan-elusanku. Semakin horny hingga precumku mencetus. Semakin nikmat. Hhhuuhh.. aku mendengus pelan. Air maniku muncrat di tangan. Sebagiannya meleleh ke celanaku. Dengan sedikit beringsut kontolku lekas kumasukkan kembali ke celana. Sedikit kutekan agar tidak nampak menonjol dari luar. Kemudian aku bersender pada jok kursiku. Masih menikmati bagaimana spermaku tadi muncrat dengan sangat nikmatnya..
Kemudian aku pindah ke ranjang, aku rebah menghadap ke Lani. Kulihat dia masih menutup matanya.
‘Tidur Lan??’.
‘belum, Pak ..’.
Aku terdiam. Sama-sama diam. Aku tidak tahu apa yang dipikirkan Lani. Rasanya aku terlelap. AC kamar yang begitu dingin membuat aku terbangun. Aku lihat jam tanganku. Pukul 2 malam. Aku lihat Lani disampingku. Ternyata dia belum bergerak dari posisi semula saat dia merebahkan diri telentang diranjang sepulang makan malam tadi. Kulihat sepatunya belum dilepas. Kugoyang-goyang tubuhnya, kubangunkan dia. Tak juga bergerak. Huh.. dasar bocah desa.. makan kenyang lantas tidur, kaya orang mati lagi, biar kamar hotel rubuh rasanya dia tidak akan bangun juga.
Aku turun dari ranjang. Kulepaskan sepatunya. Hi.., hi.., baru kali ini ada bos membukakan sepatu pelayannya. Tetap saja dia tetap tidak bangun seperti orang mati. Kulepas tali sepatunya, kulepas sepatunya satu-satu, kulepas kaos kakinya, tiba-tiba saat itu juga, keluar keinginan isengku. Aku cium kaos kakinya, huh.., bau sepatu murahan campur bau kaki anak desa, seperti bau rumput alang-alang. Aku jadi bernafsu. Di tengah malam yang dingin di kamar AC ini libidoku ikut bangun. Birahiku datang. Kaos kaki Lani itu kuciumi lebih dalam ke hidungku. Kuisap-isap, barangkali ada keringat kakinya yang nempel. Kontolku lantas jadi ngaceng berat.
Aku kemudian melihat kesempatan. Lani yang tidurnya kayak orang mati ini. Wow.., pelan-pelan hidungku kutempelkan pada kakinya, pada jari-jari kakinya, kuhirup aromanya .. Kuciumi pula telapak kakinya, kujilat tengahnya, tepi-tepinya, kugigit tumitnya, uuhh.., sedap sekalii.., Aku semakin berani.., betisnya kujilat, kucium dan kusedot.., Lani menggeliat, tetapi tidak juga bangun. Terdengar nafas bocah ini yang sangat lelap tertidur.
Keberanianku mendorong tanganku merogoh lebih dalam ke celananya. Kuraih kontolnya dan dengan perlahan kuremas-remas. Aku jadi ingin sekali membuka resluiting celananya. Tanganku melepas kancing celana dan resluitingnya. Nampak celana dalamnya. Pelan-pelan semuanya aku perosotkan ke bawah hingga pahanya. Kontolnya yang seperti belalai gajah itu terkulai. dari jembut-jembutnya yang nampak rapi tumbuh di seputar selangkangannya yang coklat mulus bersih, selangkangan bocah desa ini, kontol itu nampak lembut dan pasrah. Kudekatkan hidungku.
Aroma “rumput ilalang” pedesaan kembali menerpa hidungku. Kontol Lani yang masih terbungkus kulupnya yang tebal itu seakan memanggilku untuk mengulumnya. Sambil tangan kiriku mengelusi kontolku sendiri dalam celanaku, tangan kananku meraih belalai kecil itu. Aku menjilatinya, kemudian mengulumnya, menyedot-nyEdotnya. Kemudian kukeluarkan dari mulutku.
Aku ingin melihat ujung kontolnya saat tidak tertutup kulup. Kutarik kulupnya pelan ke belakang kepalanya. Seakan monumen yang baru diresmikan. Tutupnya meluruh pelan-pelan. Ujung kontol Lani muncul, dimulai dengan penampakkan celah yang dalam yang menyimpan lubang kencingnya. Kemudian muncul, muncul, muncul .., semakin utuh kepala itu menampakkan bentuknya. Hhhuuhh.. ini sich helm raksasa. Bonggolan jamur merang merah besar yang masih kuncup segar.. hhuuhh. Sulit aku menahan liurku.
Saat kudekatkan hidungku, bau keju menyergap.. oo yaa.. macam gini nih yang jarang aku temui. Bau yang khas dari kontol yang tidak disunat. Keringat yang keluar dari kulup dengan permukaan helm Nazinya menggumpal tersembunyi pada lipatan-lipatan kulup itu yang kemudian tersimpan beberapa waktu hingga mengeluarkan bau keju kontol, demikian yang aku tahu. Dan bau itu sangat khas tentunya.
Lidahku berusaha mencari “keju” itu .. dan saat kudapatkan, yang kurasakan ujung lidahku menyentuh sesuatu yang sedikit lengket ke kulit lipatan kulup, lidahku langsung menyapu menjilati untuk dibawa kemulutku dan kukenyam-kenyam merasakan asin-asinnya sebelum akhirnya kutelan mengisi perutku. Selanjutnya kujilati “jamur merang” merah yang besar dan segar itu. Ooohh .. nikmatnya menjilati kontol Lani, anak bocah, pelayan kantorku, yang tetap terlelap dalam tidurnya.
Sambil tangan kiriku mengelus dan memijit-mijit kontolku sendiri, aku menjilati kontol Lani sepuasku. Aku semakin beringas. Birahiku semakin meliar. Sementara aku bingung dari mana bagian lain yang aku ingin lahap berikutnya.
Paha Lani yang kerempeng juga menarik nafsuku. Kujilat hingga semua pori-porinya lumat oleh ludahku. Kemudian tanganku mencoba menyingkap T-shirtnya. Dada Lani yang tipis kurambah. Aku menyisir mulai dari perutnya. Heran .. tidur Lani sama sekali tidak terusik.
Aku ingin menciumi ketiaknya, tetapi sulit. Tidak mungkin aku mengangkat T-shirtnya. Akhirnya aku cium saja wajahnya. Bibirnya yang sedikit menganga dalam tidurnya, kulumat. Aku mencoba mengisap ludahnya. Dapat.. Kulumat bibir Lani hingga puas. Tidurnya sama sekali tidak bergeming. Mungkin asyik dalam mimpinya. Pada gilirannya, kucoba memiringkan tubuhnya. Ternyata dia bergerak, tetapi bukannya terbangun. Dia miring dengan posisi bokongnya setengah tengkurap. Dan posisi itu yang memang aku harapkan.
Dengan posisi itu aku bisa menciumi bokongnya, kemudian menciumi lubang analnya yang terbuka dengan sedikit tanganku membelah celah pantatnya itu. Langsung aroma anal Lani menyergap hidungku. Huuhh.. aku sungguh terangsang. Elusan dan pijitan tangan kiri pada kontolku menjadi semakin intensif. Aku mengendorkan celanaku dengan membuka kancing dan resluitingnya. Kukeluarkan kontolku dari celah samping celana dalamku. Kemudian elusan dan pijitan tanganku berubah jadi kocokkan halus sepenuh nikmat perasaan yang mengalir melalui fantasi seksku.
Kujilati lubang anal Lani. Disinilah, saat wajahku sibuk di anal ini, dengan lidah yang menjilat-jilat dan dan bibir yang menyEdotnya, aku ingin spermaku muncrat.
Dan kini kulepas tangan kiriku. Kupepetkan kontolku ke bagian betis Lani dengan sementara itu lidah dan bibirku terus menjilat dan menyedot. Kedua tanganku menggapai-gapai bokong, pinggul dan buah dada Lani. Dan dengan halus aku melakukan geRakan memompa, menggesek-gesekkan kontolku ke betis Lani. Uh uh uh uh .. kenikmatan birahiku sungguh menggelombang. Fantasiku liar menggelombang. GeRakan memompaku merangsang titik peka pada kontolku. Hidungku menghirup semua aroma anal Lani, bibirku menggigit kecil kemudian menyedot, lidahku melumuri lubang dubur Lani hingga menjadi kuyup.. huu Lannii.. Laannii.. LAANNII.. hoh hoh hoh hoh.. hoh hoh hoh .. Aku langsung merosot kelantai .. spermaku berceceran di betis Lani.. juga ke sprei Hotel Mambruk ..juga ke lantai terracota Mambruk..
Pukul 7 pagi harinya, aku dan Lani telah duduk di coffee shop. Kami makan bubur ayam Anyer yang terkenal. Itu bubur Menado yang bisa dimakan dengan sepotong besar tuna rebus. Juga kopi dan tomato juice.
‘Tidurmu kayak kecoak mabok yang kena obat nyamuk. Dilepas sepatunya, digoyang-goyang supaya bergeser ke tengah ranjang tidak juga terbangun, Lan .. Lan ..’, aku mengelus kepalanya dengan penuh kasih sayang ..
‘Maafin Pak, saya minum bir yang dikasih Pak Dondy jadinya kepulesan tidur..’.
Sesudah menyiapkan peralatan pemotretan, pagi itu kami menyisir pantai Anyer. Sesudah 1 jam kami pilih sana dan pilih sini, akhirnya aku menemukan obyek yang paling ideal. Pantai dekat Labuhan. Ada sekelompok perahu khas bersama nelayan Anyer yang siap melaut. Kusuruh Lani memasang penyangga kamera. Aku menghampiri para nelayan dan omong-omong sebentar. Kemudian sesudah mereka selesai menyiapkan perbekalan melautnya, satu persatu lepas ke laut, ke Selat Sunda. Nampak di kejauhan gunung KRakatau yang mengepulkan asapnya. dari lubang pengintai kameraku aku mengikuti gerak perahu dan nelayannya. Ada yang melepas layar. Ada yang mulai mendorong. Ada yang menarik jaring pukatnya ..Klik, klik, klik, klik, klik .. Selama hampir 2 jam memotret pada satu lokasi pilihan ini aku habiskan 5 rol KODAK 200 ASA, atau total 180 kali jepretan lensa kameraku. Selesai.
Pada pukul 12.00 aku bersama Lani sudah duduk kembali di coffee shop & restaurant Mambruk. Kali ini 1 porsi 2 kg kerapu bakar, 1 porsi salad tuna, 2 juice mangga campur duren dan 2 bir besar siap mengisi perut kami. Lani banyak tertawa. Aku bilang semua urusan dan pekerjaan selesai. Kami masih punya waktu 42 jam hingga saat pulang lusa pagi. Kita masih punya 42 jam lagi untuk menikmati udara Anyer. Kami masih punya 42 jam lagi untuk bergaya orang kaya.
Aku, yang hanya banyak membayangkan menyedot kontol Lani sejak berangkat dari Jakarta kemarin, menikmati tantangan di depanku. Menundukkan Lani, hingga dia benar-benar bisa menyerahkan kontol besarnya untuk aku bisa melumatinya. Aku akan memberikannya pengalaman yang tak terlupakan. Hubungan kami yang penuh suasana akrab dan banyak kelakar yang terbuka, membuat Lani tidak lagi canggung berhadapan denganku. Dan memang secara teratur aku mengkondisikan agar aku bisa lebih mudah dalam mengembangkan dorongan libidoku.
Saat kembali ke kamar, Lani terburu-buru menuju toilet, kebelet kencing. Kesempatan untuk aku menyusul. Persis saat hendak menutup pintu, kutahan pintunya.
‘Bareng’, kataku mengajak kencing bareng.
Dia mengiyakan saja. Saat kami sama-sama mengeluarkan kontol masing-masing, aku menyenggol lengannya.
‘Lihat, benar khan kamu tidak disunat’, sambil aku meraih lengannya hingga tubuhnya berbalik ke arahku dengan tangan kirinya yang mencekal kontolnya hendak memancurkan kencingnya ke kloset.
Dia santai saja menunjukkan kontolnya. Lugu dan santai. Terbukti dia sama sekali bersikap masa bodoh saat aku memegang kontol itu dan memainkan kulupnya. Aku semakin demonstratif. Kupegang batangnya dengan tangan kiriku, dan tangan kananku meraih kulupnya untuk mencoba membuka kulup itu dengan cara menariknya ke arah pangkal batang kontolnya.
‘Udah Pak Dondy, geli ah’.
Aku tidak mendengarkannya. Aku terus memainkannya saja, jari-jariku memelintir lembut kulupnya.
‘Haiihh, geli .. Haiihh haaiihh haaiihh, hiih, hiih’, dia terus meringis kegelian.
Aku tetap saja meneruskannya.
Dan akhirnya aku merasakan kontolnya membesar pelan-pelan. Aku teruskan. Lani tidak begitu keras lagi menolak.
‘Iiihh pakk .. geli khan ..?!’.
Aku tetap saja memelintir-melintir kulup itu, kemudian juga mengutik-utik tepian topi helmnya, juga ujung lubang air kencingnya.
‘Pak .. pp ppaakk ..’, nah .. kontol itu akhirnya membesar.. membesarr ..
‘Aadduuhh ..’.
‘Kenapa Lan .. enak yaa ..?’, mulai suaraku terdengar, memancing.
Kontol itu secara maksimal telah ngaceng. jariku terus bermain.
‘Eenaakk yaa.. Ll.. Laann..?’, aku mulai bersuara dalam bisik.
Dia mulai mengerti. Dia menatapku..
‘Iyaa pa.. pakk .. jadi gatell ppaakk.. enakk pakk ..’.
Kini aku mulai mengelus batang-batangnya. Lani semakin serak suaranya.
‘Oocchh ..pak Donndyy .. enakk pakk ..’.
Dan kontol gede itu sudah jelas ngacengnya ..
‘Uuhh gede sekali kontolmu Lann .. Gedenyaa .. ‘, sambil tanganku terus menyerang, mengelus-elus, memijit-mijit, mengurut..
Dan kontol Lani itu telah nyata dalam genggamanku. Bukan lagi kontol kecil yang hanya dapat diutik-utik dengan jari-jariku. Aku yakin, kontol ini berukuran lebih dari 20 cm dengan diameter 5 cm. Aku benar-benar mengocoknya. Dan Lani benar-benar menikmatinya. Mata Lani merem melek.
‘Pakk .. Dondyy .. terus pp.. paakk ..!!’.
Mendengar ucapan terakhirnya, aku menjadi yakin. Kontol Lani akhirnya kubawa ke arah mulutku. Aku mencaploknya. Aku langsung memberikan yang biasanya paling langsung memberikan perasaan yang sangat nikmat. Mulutku mengulum.
‘Ddd.. dduuhh.. ppaakk.. duuhh.. dduuhh dduuhh.. Ppaakk..Pppakk.. duhh duhh ..’, duh nikmatnya mendengar desahan bibir Lani .. birahiku sangat membara ..
Kemudian aku memompanya. Dan secara alami, bokong Lani maju mundur, memastikan kontolnya untuk terus berada dalam kulumanku dan masuk lebih dalam ke mulutku. Kini aku lenih leluasa bermain. Aku berusaha memberikan yang terbaik bagi Laniku. Tanganku memegang kontolnya, mulutku menari, lidahku menari. Kontol yang sangat gede bagiku (baru kali ini aku menjumpai langsung yang segede ini) aku tegakkan ke perutnya. Kemudian, lidah dan bibirku menyisir mulai dari bijih pelernya. Melumat-lumat.
Lani sudah mulai benar-benar tenggelam. Kepalaku diraihnya. Rambutku dia remas. Yaa .. kepalaku yang menggeleng ke kanan dan ke kiri untuk mengikuti irama lidah dan bibirku, dia tekan-tekan. Aku tahu Lani yang sudah sangat gatal berharap agar aku menelan kontolnya lebih dalam lagi.
‘Pak Dondy .. Ll .. lani koq jadi beginii.. pp.. Pakk ..Lani ingin ketempat tidur saja yyookk..’, oohh sungguh kasihan Lanikuu.. engkau kini tengah diserang badai birahi yaa.. engkau kini sedang dilanda kenikmatan yaa.. ayyoo..
Sebetulnya aku tidak berharap bisa meraih Lani secepat ini. Aku sudah agak pesimis sebelumnya, dimana aku sudah berkesimpulan, kalau toh tidak bisa meraih Lani secara terbuka, aku mempunyai pilihan sebagaimana yang tadi malam aku kerjakan, mengajak makan hingga kenyang dan memberikan sebotol bir, menanti Lani kembali tertidur pulas. Aku pasti akan mengulangi detail kenikmatan seperti tadi malam itu.
Ternyata kini di tanganku sudah kuraih Lani yang pasrah. Aku turuti kemauannya ke tempat tidur. Kemudian kami langsung berguling, berpagut-pagutan. Lani ternyata cepat pintar mencium maupun dicium, mungkin sudah bakatnya. Walaupun saat awal berciuman tadi dia agak kagok. Tiba-tiba dia bangkit. Dia langsung menaiki dadaku, mengarahkan kontol gedenya langsung ke mulutku.
‘Pak Dondy, yang tadi terusin pp.. Paakk..’, yyaa.. aku faham.. Lani sudah merasakan apa itu kenikmatam cinta.. saat kontolnya di mulut lawan cintanya, ..saat lidah menari-nari menjilati kepala Nazinya, .. saat-saat bibirku menyEdoti bijih pelernya serta menggigit-gigit batang kontolnya yang keras dan kaku itu .. Aku tidak bisa ngomong lagi kecuali ..hah ..hah .. mengangguk-angguk sambil membuka mulutku.. Tanganku meraih bokongnya agar duduknya lebih naik mendekat ke mulutku.
Pertama kali aku jilati dulu punuk bawah peler yang menggunung saat kontolnya ngaceng. Kemudian rupanya Lani sudah tidak bisa menahan keinginannya agar mulutku segera mencaplok kontolnya. Dia langsung mengubah posisinya. Dia ngentoti mulutku. Dia pompa mulutku dengan kontolnya yang sangat gede itu. Dia membuatku gelagapan dan hampir tersedak. Kontol gede panjang itu menyentuh langit-langit rongga mulutku di depan tenggorokan. Wuuhh .. aku merasakan kewalahan. Pompaan Lani membuatku harus menahan pantatnya dengan sikuku, agar kontolnya tidak langsung menembus mulutku.
Lani mendesah dan meracau.
‘Hach hach hach hach hach .. Pak.. Pak.. hach hach hach hach ..’.
Saat mau “tumpah”, dia seperti kesetanan. Dia meraih kepalaku kuat-kuat. Dia raih dan tarik kepalaku agar bisa lebih menusukkan kontolnya ke dalam mulutku. Aku kesulitan bernafas. Dan saat aku rasakan ujung kontolnya tepat menyentuh gerbang kerongkonganku, terasa siraman hangat panas air maninya yang menyemprot-nyemprot.
Tangan Lani terus menarik-narik kepalaku. Kali ini dikarenakan nikmatnya semprotan itu dalam mulutku, dia seakan ingin memastikan bahwa mulutku benar-benar ingin dan mau menelan air maninya. Untuk meyakinkan itu, tanganku dengan cepat meraih bokongnya dan mengelus-elusnya sambil aku mengeluarkan rintihan dan desahan nikmat ..
‘Ooocchh.. LAANNII.. oocchh LAANII ..LLaaNNII.. LLAANII..’.
Setelah puas mengentot mulutku, dan seluruh sperma simpanannya tumpah ruah di mulutku, Lani langsung rebah ke ranjang.. Keringatnya mengucur.. nafasnya ditarik panjang ..satu satu .. Aku sendiri masih dalam keadaan birahi yang memuncak, tetapi aku tidak ingin Lani terganggu saat masih lelah.
Aku hanya berbisik .., ‘Lan.. kamu istirahat saja .. aku yang kerja yaa.. aku masih belum keluar nihh, aku ciumi kamu yaa .. biar cepet keluar .. Lani daiam saja yaa ..’, dan aku langsung melingkarkan kakiku ke pahanya agar aku bisa menggosokkan kontolku di sana. Kemudian ketiaknya kuterkam. Kuilati ketiak bocah ini.. aku jilati dadanya.. aku sedot-sedot putingnya.. kemudian aku naik ke tubuhnya. Kujepitkan kontolku ke pahanya, aku melumati bibirnya. Lani betul-betul diam menuruti perintahku.
Dan nafasku semakin memburu. Kocokan kontolku pada pahanya kupercepat.. Kini akulah yang benar-benar kesetanan di depan Lani..
‘LAANN LANN LLAANN LLAANN LLAANN .. sperma ku sudah di ujung kontolkuu .. LLAANN LLAANN..’.
Kubalikkan Lani hingga dia di atasku.. wajahnya tepat di atas wajahku.. dengan kedua pahaku yang kini menjepit paha kanan Lani, kocokan kontolku pada pahanya terus kupercepat.. aku merintihh ..
‘Tolongg LAANNII.. tolong LAANNII .. aku minta ludah kamuu .. aku mintaa ludah kamuu.. aku ingin minum ludah kamuu ayyoo LLAANN..’, Lani nampak bengong.
‘Tolongg LAANNII .. ludahi akuu .. ludahi ke mulutkuu ..’.
Dan kulihat Lani mengumpulkan ludah di mulutnya .. kemudian membuang cairan setengah lendir dengan sedikit busa-busa itu ke mulutku ..heecchh.. nyyllmm .. nyyeellmm.. Rintihanku terus meminta ludahnya .. dan setiap kali Lani mengumpulkan ludahnya ..untuk membuangnya ke mulutku.. nyyeellmm.. nyyeellmm.. Dan .. hech hech hech hech hech .. AARRCChh ..
Spermaku muncrat. Lengket di paha Lani. Yang lain tercecer di sprei. Kini aku yang telentang.. Lani bangkit ke kamar mandi.. meneruskan kencingnya yang tertunda.
..
Aku menelepon ke house keeping, aku minta petugas kamar Mambruk untuk mengganti sprei, handuk, sabun dan sebagainya. Itu hakku, hak penghuni yang masih tetap tinggal di hari berikutnya. Sejak itu, seharian kami di kamar terus saja bertelanjang. Aku puas bisa meraih Lani dengan kontolnya yang gede itu. Kami jadi malas keluar. Kebutuhan makan dan minum kami pesan saja ke room service. Kami ingin sisa waktu hingga besok pagi hanya diisi dengan mengumbar libido, mengumbar birahi dan ngentot, ngentot, ngentot, ngentot, ngentot ..hhuuhh kenikmatan birahii .. hhuuhh kontol gede di mulutkuu .. hhuuhh.. sperma muncrat membasahi tenggorokankuu .. huuhh .. lubang dubur Lanii yang menunggu jilatan lidah dan kecupan bibirku .. Tapi sore harinya kami keluar juga. Sesudah rapi mandi kami nongkrong di coffee shop. Ini juga bisa jadi terapi, agar timbul kreasi atau inovasi untuk sama-sama meraih birahi ..
Sayup-sayup terdengar ‘Antonio’s Song’, dari jazzer Michael Frank. Di bawah meja tangan kami saling meremasi. Aku perhatikan wajahnya.. wajah yang telah menanti untuk dipuaskan .. wajah anak desa lugu yang telah merasakan nikmatnya bercinta dengan sesama lelaki .. aku tidak akan menyia-nyiakannya.. Aku berjanji dalam hatiku.. ‘Tunggu Lan, masih ada yang terbaik buat kamu ..’, kukernyitkan alisku untuk mengisyaratkan padanya .. jangan khawatir ..
Dan kami memang tak perlu menunda-nundanya.. Begitu kami masuk kembali ke kamar, Lani langsung memagutku.. dan aku langsung menyambutnya dengan lebih berapi-api. Kami saling melucuti pakaian sendiri maupun pakaian lawannya. Dan.. HHAAhh .. Lani kini yang langsung menunjukkan birahinya yang ter-obsesi.. dia berjongkok..
Kontolku langsung diraih dan dimasukkan ke mulutnya .. tentu saja aku merasa senang sekali .. kuelus-elus kepalanya untuk memberikan semangat. Dia mendorongku ke ranjang. Dan saat sampai ditepi ranjang, di rebahkannya aku dengan kakiku tetap terjuntai ke lantai. dari arah selangkanganku, mulutnya kembali menerkam kontolku. Dia kulum, dia pompa.
Aku menggelinjang dengan gaya kuluman anak desa Bogor ini ..hhuuhh nikmatnyaa.. dia mengulum terus .. hingga aku tak mampu lagi menahan spermaku .. terasa sekali bagaimana cairan birahiku merambati kelenjar-kelenjar kontolku .. dan nyuutt .. nyut nyut nyut nyut .. entah berapa kali spermaku muncrat-muncrat .. dan kulihat Lani sangat rakus ..dia menelan seluruh cairan kentalku.. dia tak ingin setetespun tercecer .. semuanya dia minum seakan minum anggur dengan hausnya .. kemudian dia rebah.
‘Aacchh Pak Dondyy .. tulungin sayaa .. emut kontol sayaa .. paakk ..’.
Tentu saja saya dengan senang hati membantunya. Ganti aku sekarang yang merangkak dari selangkangannya. Kuraih kontol Lani untuk langsung kulahap. Tanganku meraba bagian-bagian tubuh sensitifnya.. menggapai-gapai untuk menyalurkan birahi yang sedemikian total menjalAri seluruh saraf-saraf dalam tubuhku .. aku memompa, memompa, memompa, memompa.. dan Lani mengangkat-angkat bokongnya agar mulutku dapat lebih dalam lagi menelan batangan kontolnya yang panjang..
Tetapi tidak tahu kenapa.., setelah bermenit-menit aku menyEdotnya, sperma Lani tak kunjung keluar juga ..mungkin perlu sensasi sedikit nihh .. Kubalik tubuhnya dan kusuruh dia menungging. Kemudian aku mulai lagi. Dalam posisi itu kakinya melipat ditindih perutnya dengan telapak kakinya yang terbuka untukku. dari telapak kakinya itulah lidahku mulai menyisir. Dan ..benar saja.. Lani langsung mengaduh kenikmatan .. mulutnya meracau.
‘Yaacchh ..pak Dondyy enakk ..disituu ..yaacchh Pak Dondy terruuss..’.
Tetapi ternyata hingga bermenit-menit kemudian belum juga spermanya muncrat. Aku pastikan bahwa nafsu birahi Lani mesti dibakar dengan sensasi erotik. Aku mencobanya.. Kusuruh Lani berbalik dengan menungging. Kini pantatnya tepat menghadap wajahku. Dengan sepenuh birahi, aku langsung menciumi pantat Lani. Huuhh .. kalau semalam aku ciumi pantat yang sama tetapi dengan men-curi-curi dikarenakan pemiliknya dalam keadaan tidur. Sekarang pemiliknya sendiri seakan menyodorkan. Dan bagiku .. hal ini menjadi sangat erotis hingga birahiku langsung melonjak dengan penuh nafsu.
Dan gagasanku rupanya berhasil. Lani langsung merintih dilanda kenikmatan. Tangannya menggapai-gapai kepalaku. Lani ingin aku menciumi dan menjilatinya lebih dalam lagi. Kutusukkan ujung lidahku ke lubang analnya. Dan kini pantatnya menggoyang-goyang agar lidahku lebih menusuk lagi. Sementara itu, kuraih kontolnya yang menggantung, sambil kukocok-kocok. Reaksi Lani langsung bergerak seperti memompa tanganku. Ooohh .. rupanya dia menemukan titik kenikmatannya. Aku berhasil menghadirkan sensasi erotiknya. Kocokan itu semakin kuintensifkan. Kencang, kendor, kencang, kendor bergantian hingga membuat perasaan Lani menjadi memanas dan penasaran.
Akhirnya, dengan paduan sedotan bibir dan jilatan lidahku di analnya dan kocokan tanganku yang bervAriasi.. Lani memuncratkan spermanya. Dengan cepat Lani berbalik, telentang. Kakinya, kedua pahanya melingkar ke leherku, pantatnya memompa sambil merintih, merintih, dan merintih.
‘Pak Dondy.. keluaarr ARRCChh..’, tanganku terus mempercepat kocokkan dan mulutku mengulum menyedot siap menampung semprotan maninya..
Sekali lagi sangat banyak mani Lani. Dasar bocah .. pasti semua ini merupakan hal yang paling gress bagi nikmat libido yang datang bagi Lani. Kehadiran sensasi erotiknya yang disebabkan aku mau, yaa.. aku mau, aku mau dan sangat mau menjilati lubang duburnya, yang lantas menghadirkan khayalan-khayalannya seakan aku mau dan doyan menjilati kotorannya itulah yang memicu dan memacu libidonya yang kemudian mendorong spermanya muncrat-muncrat sangat banyak .. melumuri rongga mulutku ..
Kembali Lani rubuh di ranjang. Badannya, saraf-sarafnya, kelenjar-kelenjarnya terasa seakan dilolos-lolosi..dia ngos-ngosan. Nafasnya berusaha meraih oksigen sebanyak-banyaknya.. Kami perlu ber istirahat. Aku dan Lani tertidur. Bibirku menyungging senyuman .. Masih ada kenikmatan sensasional lainnya yang akan memberikan kenikmatan seksual pada Lani .. Nanti malam Lani akan masih akan banyak mendapatkan kejutan dariku ..
Kini aku dan Lani berjalan-jalan di pantai menjemput matahari tenggelam. Aku dan Lani terus menyisir pantai Mambruk. Sebuah hutan pantai kecil di depan kami, ketika gelap datang menyergap. Aku dan Lani mencari-cari tempat yang enak untuk merebahkan badan di pasir pantai hutan kecil itu. Di kejauhan nampak perahu-perahu nelayan, lampunya bergoyang-goyang karena ombak atau alun Selat Sunda. Di sebelah kiri yang agakjauh, tampak cahaya temaram Hotel Mambruk. Aku dan Lani menggelar lembaran plastik yang kami bawa untuk alas, kemudian saling merebahkan diri.
Setelah yakin bahwa tak ada orang di sekitar situ, aku langsung merogoh kontol Lani yang telah sama-sama membesar sebagaimana kontolku juga. Aku sedemikian inginnya menciumi kontol yang gede itu. Kontol yang telah memuaskanku. Dan sekaligus juga membuat tersiksanya mulutku saat kontol sebesar itu menyesaki rongga mulutku.
Ooohh.. angin Selat Sunda.. aku kemudian mulai lagi memompa.. Kontol Lani telah menancap pada mulutku. Sesekali aku menggeleng ke kanan atau kiri saat kontol itu keluar dari mulutku dan lidahku menyapu-nyapu kepalanya yang mirip jamur itu, tepian topi baja Nazinya, urat-urat kulupnya yang berlipat-lipat di bawah helmnya .. dan.. bau khas seperti keju dari kontol Lani yang timbul dari setiap kontol yang tidak di sunat..
Lani mengerang meremas rambutku ..
‘Lan aku ingin niihh.. aku membisik sambil menyentuh menunjuk lubang duburnya ..’
‘hheehh’, Lani menyahut.
Dia lantas nungging di atas lembaran plastik itu. Pantatnya langsung kucium dan kujilati. Dia mengaduh kenikmatan.. Tangannya menggapai-gapai kepalaku, Lani memintaku menjilat lebih dalam lagi ke analnya ..
‘Laann .. kontolku ingin kumasukin ke sini, boleehh ..?’.
‘hheehh ..’
Aku tidak tahu, apakah itu berarti dia setuju.
Kuulangi, ‘Boleh Lann ..??’.
‘Sakit tidak Paakk ..?’,
‘Pelan-pelan, n’tar enak sekali deh ..’.
Dia diam, dan aku anggap saja dia mau.. Kembali aku menjilati lubang analnya .. Tanganku merogoh ke kantong celanaku untuk mengambil botol kecil. Baby Oil. Kubeli dari ‘drug store’ hotel. Kubuka, kutuangkan sedikit isinya dan kuoleskan pada lubang anal Lani hingga licin dan kemudian ke kontolku sendiri. Lani diam saja. Kemudian dengan setengah berdiri aku mengangkangi Lani dari arah bokongnya. Kutempelkan ujung kontolku yang sudah ngaceng berat dan kudorong sedikit demi sedikit.
‘Ucchh.. pelan-pelan ..paakk.. ach ach ach .. sakit.. pelan pakk Dondy ..’.
Terasa ujung kontolku sudah menyesaki bibir anal Lani. Gatal dan nikmatnya luar biasa. Kudorong lagi dan bl.. bll.. bllee.. blleess.. Huhuhh .. Kontolku akhirnya amblas seluruhnya.. anal Lani telah menelan batang kerasku .. Kemudian aku memompa pelan-pelan.
‘Enak ya paakk ..’.
Aku tersenyum dalam temaramnya pantai Anyer. Pinggulku mengendalikan bokongku maju mundur memompakan kontolku ke dubur Lani. Terkadang aku menusuknya pelaann.. Dan betapa dari mili ke mili nikmatnya kurasakan yang juga dirasakan Lani pada dinding lubang duburnya atau permukaan peka batang kontolku.
Aku tarik pelaann .. untuk mendapatkan kenikmatan yang sama.. Kami ngentot di pantai itu hingga masing-masing meraih 2 kali klimaks. Akhirnya dia ingin juga melakukan sodomi pada analku. Wwwuuhh .. sangat menyeramkan .. Semula aku hanya mengingat Lani yang bocah. Aku lupa pada kontolnya.. Kontolnya yang super gede dan panjang itulah yang membuatku melewati saat-saat menyeramkan..
Aku menungging. Lani sudah meludahi lubang analku, ditambah baby oil yang langsung dituangkan ke bibir analku. Dia juga sudah melumuri kontolnya sendiri dengan pelicin dan pelumas itu. Tetapi.. kontol gede ya tetap saja gede.. Kontol Lani serasa menyobek-nyobek lubang analku. Lani mendorongnya tanpa ampun ke analku. Lani yang semakin bernafsu ngentot pantatku sepertinya kesetanan Jin Selat Sunda .. dia terus saja merangsek.. kontolnya terus merangsek.. merangsekk..
Aku berguling tidak tahan pada sakit dan pedih pada analku.. Lani tidak juga melepaskannya, ikut berguling dengan tetap pada posisi di belakang pinggulku terus mendekapku. Kontolnya tetap saja menancap pada analku. Dan tetap saja dia terus menarik dan menusuk-nusuk lubangku .. hhaacchh..
Alas plastik sudah kami tinggalkan beberapa langkah dari tubuh kami yang saling memeluk punggung satu sama lain memajumundurkan pantat, maju mundur, maju mundur.. Kontol Lani .. wwoohh .. betapa dialah yang membuat lubang analku kesakitan karena pedih dan panas, seperti bara panas kayu api yang dipaksakan menembus duburku..
Kontol itu .. baru kali ini aku ketemu batunya .. aku bayangkan betapa hampir tak ada celah pada bibir duburku karena sesaknya menampung kontol gede ini .. dan pedihnyaa..
Namun akhirnya habis juga .. Dengan meremas pasir kemudian memeluk tubuhku, Lani menggigit punggung dan kudukku, persis seperti anjing jantan. Spermanya yang akan muncrat membuat pantat Lani semakin cepat maju mundur mendorong-dorong kontolnya menembus duburku .. membakar seluruh lubang analku .. duh duh duh duuhh ..
Dia tumpahkan seluruh air maninya ke lubangku. Aku menggigit bibirku menahan rasa panas, pedas dan pedih di duburku. Dan pada muncratan akhir spermanya, birahi Lani masih juga mendera nafsunya. Rambutku dijambaknya, dianggapnya aku seakan kuda tunggangannya, sambil mendorong hingga mentok kontol panjangnya, sehingga aku takut akan merobek ususku, kontolnya kurasakan berkedut-kedut dalam analku .. Itulah cairan terakhir air mani Lani yang kunikmati dalam liang pembuanganku.
Dalam keadaan setengah semaput, lamat-lamat telingaku masih mendengar ‘Antonio’s Song’-nya Michael Frank yang mungkin datang dari coffee shop Mambruk terbawa angin Selat Sunda itu hingga ke telingaku. Dengan masih agak terseok, kami tinggalkan saja lembaran alas plastik itu di pasir pantai Anyer. Kami kembali ke hotel. Mampir ke restoran untuk makan dan minum-minum sambil mendengerkan beberapa lagu dari band lokal hotel. Untuk yang kedua kalinya aku menggandeng Lani pulang dengan sempoyongan walau hanya sempat menelan setengah gelas bir bintangnya.
Saling sodomi di pantai tadi merupakan akhir hubungan seks sesama lelaki, antara aku dan Lani sepanjang tugasku memotret pantai Anyer selama 2 hari ini.
Tenaga dan sperma yang berkali-kali terperas selama hari-hari di Mambruk ini membuatku dan Lani tidak kuat lagi untuk bersenggama. Kami tertidur dengan pulasnya dalam dinginnya AC hotel Mambruk. Esoknya, pukul 7 pagi hari, sesudah sarapan, kami pulang ke Jakarta. Sepanjang perjalanan tangan-tangan kami saling meremas. Aku berkata pada Lani agar tidak banyak membicaRakan tugas pemotretan di Anyer. Aku menjanjikan, akan mengajaknya lagi pada sesi pemotretan yang lain.
Masih ada beberapa lembar ratusan ribu rupiah sisa biaya akomodasi dari kantor. Aku berikan 2 lembar pada Lani.
‘Bagi-bagi, ini sisa ongkos perjalanan tugas kita berdua’.
Lani menerimanya dengan cerah, tangannya mengusap pahaku, jari-jarinya merangkak ke selangkanganku. Lani meremas-remas kontolku dari balik gundukkan celanaku.
Pukul 2 siang itu kami masuk ke area parkir kantor. Dengan sigap Lani membereskan apa-apa yang menjadi bagian tugasnya. Aku melapor pada Bu Erna. Sekaligus berpamitan untuk beristirahat setelah perjalanan yang nikmat tetapi cukup melelahkan itu.
Di rumah, istriku yang cantik dan lembut, yang hanya padanya kuberikan cinta sejatiku itu telah menyiapkan juice dingin buah mangga kesukaanku. Aku langsung tertidur hingga sore hari. Aku mandi air panas yang juga telah disiapkan istriku .. Wwwoo segarnyaa..,,,,,,,,,,,,,,,,,
TAMAT